( Tulisan tanti )
Membaca rubrik kesehatan Republika, Ahad (20/5), halaman 4, mengenai Natural Colon Cleansing, saya ingin berbagi pengalaman minum kefir atau susu asam. Nama minuman ini diambil dari tulisan Prof Dr Ir Srikandi Fardiaz, MSc, di Intisari, Nop-97 (1).
Kefir disebut juga sebagai pangan fungsional probiotik (Made Astawan, Kompas, 22 Maret 2003). Tanggal 13 Desember 2004 waktu makan siang di sebuah food court Jakarta, saya minum dua gelas cingcaw daun. Pada saat minum terasa pemanisnya agak menyengat. Diduga sirup itu me-ngandung bahan
pengawet dengan santan yang kurang segar, tapi enak untuk diminum.
Beberapa bulan belakangan ini di rumah saya terbiasa minum 300 cc kefir setiap mau tidur. Tidak biasanya, malam itu, setelah minum kefir perut terasa mulas dan terus buang-buang air. Diare berlangsung selama dua hari. Sementara, saya tetap minum kefir secara teratur, bahkan dosisnya ditingkatkan sampai melebihi 600 cc per hari. Ternyata, diare saya berhenti pada hari ketiga. Selanjutnya, siklus pencernaan kembali normal dan saya tidak merasakan dampak apapun akibat diare. Bahkan stamina tubuh terasa lebih fit.
Mengacu pada hal tersebut di atas, saya menduga telah terjadi proses detoksifikasi atas pengawet sirup dan santan kurang segar (dianggap racun oleh kefir) mulai dari munculnya diare sampai kembali sembuh. Dalam hal ini racun, termasuk sisa makanan yang membusuk dan beracun pada colon dinetralisir oleh senyawa antimikroba dari bakteri asam laktat yang dihasilkan oleh fermentasi susu (kefir). Ini merupakan colon cleansing oleh pangan fungsional probiotik. Cuci usus ini merupakan bagian (subproses) dari proses netralisasi. Subproses netralisasi lainnya, antara lain, adalah menormalkan kembali (recovery) bagian-bagian tubuh kita yang mengalami kerusakan akibat keracunan.
Lebih lanjut, bahwa menetralkan atau mengendalikan pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan atau patogen dapat menurunkan pembentukan karsinogen, sehingga mengurangi resiko kanker kolon. Tulisan ini dimaksudkan sebagai referensi alternatif untuk pengobatan berbagai penyakit dan menjaga agar badan tetap fit/bugar. Kita ingin hidup tetap sehat, bugar dan selalu dapat menikmati dan mensyukuri rahmat dan anugerah Tuhan. Semoga kita dapat menjadikan makanan sebagai obat dan obat sebagai makanan (Hipokrates)
Kefir disebut juga sebagai pangan fungsional probiotik (Made Astawan, Kompas, 22 Maret 2003). Tanggal 13 Desember 2004 waktu makan siang di sebuah food court Jakarta, saya minum dua gelas cingcaw daun. Pada saat minum terasa pemanisnya agak menyengat. Diduga sirup itu me-ngandung bahan
pengawet dengan santan yang kurang segar, tapi enak untuk diminum.
Beberapa bulan belakangan ini di rumah saya terbiasa minum 300 cc kefir setiap mau tidur. Tidak biasanya, malam itu, setelah minum kefir perut terasa mulas dan terus buang-buang air. Diare berlangsung selama dua hari. Sementara, saya tetap minum kefir secara teratur, bahkan dosisnya ditingkatkan sampai melebihi 600 cc per hari. Ternyata, diare saya berhenti pada hari ketiga. Selanjutnya, siklus pencernaan kembali normal dan saya tidak merasakan dampak apapun akibat diare. Bahkan stamina tubuh terasa lebih fit.
Mengacu pada hal tersebut di atas, saya menduga telah terjadi proses detoksifikasi atas pengawet sirup dan santan kurang segar (dianggap racun oleh kefir) mulai dari munculnya diare sampai kembali sembuh. Dalam hal ini racun, termasuk sisa makanan yang membusuk dan beracun pada colon dinetralisir oleh senyawa antimikroba dari bakteri asam laktat yang dihasilkan oleh fermentasi susu (kefir). Ini merupakan colon cleansing oleh pangan fungsional probiotik. Cuci usus ini merupakan bagian (subproses) dari proses netralisasi. Subproses netralisasi lainnya, antara lain, adalah menormalkan kembali (recovery) bagian-bagian tubuh kita yang mengalami kerusakan akibat keracunan.
Lebih lanjut, bahwa menetralkan atau mengendalikan pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan atau patogen dapat menurunkan pembentukan karsinogen, sehingga mengurangi resiko kanker kolon. Tulisan ini dimaksudkan sebagai referensi alternatif untuk pengobatan berbagai penyakit dan menjaga agar badan tetap fit/bugar. Kita ingin hidup tetap sehat, bugar dan selalu dapat menikmati dan mensyukuri rahmat dan anugerah Tuhan. Semoga kita dapat menjadikan makanan sebagai obat dan obat sebagai makanan (Hipokrates)
----- Original Message -----
From: "Finance Filament" <[EMAIL PROTECTED]>
To: "Ms. Tanti" <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Monday, August 15, 2005 11:18 AM
Subject: ARTIKEL TTG KEFIR
No comments:
Post a Comment